Review Film Forrest Gump. Rilis tahun 1994, Forrest Gump langsung menjadi fenomena budaya yang sulit dilupain. Film arahan Robert Zemeckis ini meraih enam Oscar termasuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Aktor Terbaik untuk Tom Hanks, serta mengantongi lebih dari 678 juta dolar di seluruh dunia – angka gila untuk film drama saat itu. Kisah hidup seorang pria sederhana dengan IQ 75 yang tanpa sengaja terlibat dalam hampir setiap peristiwa besar Amerika dari tahun 50-an sampai 80-an masih mampu bikin penonton tertawa, menangis, dan termenung dalam satu tontonan. Tiga dekade kemudian, film ini tetap jadi comfort movie sekaligus pelajaran hidup bagi jutaan orang. BERITA BOLA
Tom Hanks dan Performa yang Abadi: Review Film Forrest Gump
Semua orang tahu film ini berdiri di atas bahu Tom Hanks. Forrest Gump bukan peran yang mudah: harus polos tanpa terlihat bodoh, tulus tanpa terlihat dibuat-buat, dan emosional tanpa berlebihan. Hanks berhasil membuat penonton percaya bahwa seorang pria dengan keterbatasan intelektual bisa memiliki hati yang lebih besar daripada siapa pun. Kalimat-kalimat sederhana seperti “Mama always said life was like a box of chocolates” atau “I’m not a smart man, but I know what love is” terdengar begitu alami hingga jadi kutipan yang hidup sendiri. Bahkan saat teknologi CGI memasukkan Forrest ke rekaman sejarah nyata, kita tetap fokus pada matanya yang selalu jujur.
Inovasi Teknologi yang Mengubah Permainan: Review Film Forrest Gump
Pada 1994, melihat Forrest berjabat tangan dengan presiden Kennedy, Nixon, dan Johnson, atau menerima medali dari presiden Lyndon masih terasa seperti sihir. Efek visual yang menggabungkan aktor dengan footage arsip itu menjadi terobosan besar, memenangkan Oscar untuk Efek Visual dan membuka jalan bagi film-film masa depan. Ping-pong yang dimainkan Forrest tanpa bola sungguhan, lari lintas Amerika yang berlangsung bertahun-tahun, sampai bulu ayam yang melayang di awal dan akhir film – semuanya terlihat mulus bahkan ditonton dengan mata sekarang. Teknologi itu tidak hanya keren, tapi juga melayani cerita dengan sempurna.
Pesan Sederhana yang Dalam
Di balik lelucon dan momen mengharukan, film ini sebenarnya bicara soal takdir versus usaha, keberuntungan versus ketabahan. Forrest hidup tanpa agenda, tapi justru karena itulah ia terus bergerak maju: lari saat disuruh lari, bermain ping-pong karena suka, mencintai Jenny karena itu satu-satunya yang ia tahu. Sementara orang-orang “pintar” di sekitarnya hancur karena ambisi atau trauma, Forrest tetap berdiri. Pesan “hidup itu terjadi begitu saja” terdengar naif, tapi ketika disampaikan lewat perjalanan panjang ini, ia jadi terasa sangat manusiawi dan menghibur sekaligus.
Kesimpulan
Forrest Gump adalah film langka yang bisa dinikmati semua umur, semua generasi, dan semua mood. Ia lucu tanpa murahan, menyedihkan tanpa manipulatif, dan penuh harapan tanpa menggurui. Tiga puluh tahun berlalu, adegan lari di Monument Valley, ucapan “Lieutenant Dan, you got new legs!”, atau bulu yang kembali mendarat di kaki Forrest masih mampu bikin bulu kuduk berdiri. Film ini bukan cuma nostalgia; ia adalah pengingat bahwa kadang hidup paling bermakna justru dijalani dengan hati yang terbuka dan langkah yang tak pernah berhenti. Kalau belum pernah nonton lagi belakangan ini, sekarang waktunya. Siapkan tempat duduk nyaman, karena setelah kredit bergulir, kamu pasti ingin langsung memeluk seseorang.