Review Film The Expendables

review-film-the-expendables

Review Film The Expendables. Rilis Agustus 2010, The Expendables adalah surat cinta Stallone untuk film action 80-an dan 90-an. Dia kumpulin hampir semua bintang laga yang masih hidup: Stallone sendiri, Dolph Lundgren, Jet Li, Jason Statham, Mickey Rourke, plus cameo Bruce Willis dan Arnold Schwarzenegger. Tagline-nya sederhana: “mereka tua, tapi masih bisa ngebantai satu negara”. Hasilnya? Ledakan, tembak-menembak, dan nostalgia yang terlalu kental untuk diabaikan. BERITA BOLA

Tim yang Terlalu Banyak Testosteron: Review Film The Expendables

Barney Ross (Stallone) pimpin tim mercenary elit yang terima job gampang: gulingkan diktator kecil di Amerika Latin. Awalnya cuma mau uang, tapi setelah lihat rakyat menderita dan satu wanita lokal (Giselle Itié) jadi alasan moral, misi berubah jadi personal. Chemistry antar pemain adalah daya tarik utama: Statham dengan pisau, Jet Li dengan kecepatan, Lundgren dengan kegilaan, Randy Couture dengan gulat, Terry Crews dengan senapan otomatis raksasa. Mereka semua terlihat senang banget bisa main bareng lagi.

Aksi yang Nggak Pakai Otak: Review Film The Expendables

Jangan harap plot rumit. Ceritanya tipis, dialognya cheesy (“I’m the knife guy”, “Give this job to my friend, he loves playing in the jungle”), tapi itulah poinnya. Film ini dibuat untuk satu hal: ledakan besar, tembak-menembak tanpa henti, dan slow-motion yang berlebihan. Adegan klimaks di mana tim masuk kompleks musuh dengan pesawat tua, bakar semuanya, lalu kabur sambil bawa tahanan masih jadi salah satu set-piece paling memuaskan di era 2010-an. Darah, api, dan peluru habis dalam jumlah yang nggak masuk akal.

Cameo yang Bikin Penonton Teriak

Momen Willis, Schwarzenegger, dan Stallone ngobrol di gereja adalah puncak nostalgia. Dialog singkat “What’s his problem?” – “He wants to be president” langsung bikin bioskop riuh waktu itu. Mereka cuma muncul 5 menit, tapi cukup buat bikin penonton 30-40 tahunan merasa muda lagi. Mickey Rourke juga kasih satu monolog emosional tentang “what we lost” yang tiba-tiba bikin film ini punya hati di tengah kekacauan.

Warisan di 2025

The Expendables membuka jalan buat tiga sekuel dan membuktikan bahwa bintang action tua masih bisa narik penonton kalau dikasih senjata besar dan alasan sederhana. Film ini nggak pernah pura-pura jadi lebih dari yang sebenarnya: pesta reunian bintang laga dengan budget besar. Kritikus benci, penonton cinta, dan box office untung 250 juta dari budget 80 juta. Di era superhero yang terlalu serius, film ini terasa seperti napas segar yang bau mesiu.

Kesimpulan

The Expendables adalah guilty pleasure yang nggak merasa bersalah sama sekali. Plotnya bolong, aktingnya kadang kaku, tapi 100 menit penuh ledakan dan one-liner itu berhasil bikin kamu lupa dunia luar. Kalau kamu lahir sebelum 1995 dan pernah nonton film action di VHS, ini seperti reuni temen lama yang masih bisa gebuk orang meski rambutnya sudah tipis. Nggak perlu mikir, cukup duduk, nyalakan volume, dan nikmati. Mereka mungkin tua, tapi masih bisa bikin musuh jadi abu. Welcome back, boys.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *